Sepanjang pekan ini (9 s/d 15 Oktober 2023), redaksi Logistiknews.id mengangkat sejumlah topik pada sektor logistik yang disodorkan ke pembaca.

Komitmen bersama untuk menggerakkan progran ‘Logistik Hijau dan Berkelanjutan’ menjadi agenda penting para pelaku logistik di dunia pada Kongres tahunan Federasi Internasional Asosiasi Freight Forwarders (FIATA) di Brussel pada 1-6 Oktober 2023 lalu. Isue ini menjadi topik utama redaksi pada awal pekan ini.

Kemudian, implementasi National Logistik Ekosistem (NLE) yang di klaim telah membuat layanan logistik di pelabuhan dan bandar udara (bandara), kini semakin efisien.

Dalam hal ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mencatat, dwelling time per Agustus 2023 di pelabuhan rata-rata kini hanya 2,52 hari, atau lebih cepat dari target pemerintah sebesar 2,9 hari.

Selain itu, redaksi juga menginformasikan mengenai pertumbuhan ptoduktivitas bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT) hingga September 2023 yang mengalami kenaikan sekitar 4% dibanding pada periode yang sama pada tahun lalu. Berikut Rangkumannya :

 

FIATA, Logistik Hijau & Berkelanjutan

 

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) yang juga hadir dalam Kongres tahunan FIATA 2023 itu mendukung sepenuhnya program ‘Logistik Hijau dan Berkelanjutan’.

Bahkan Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi, yang hadir pada acara ini dalam kapasitasnya sebagai Chairman FIATA Regional Asia Pacific, menyatakan bahwa, Asia Pasifik khususnya ASEAN telah diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global pada tahun yang akan datang.

“Kongres ini menjawab concern saya tentang masa depan industri ini. Oleh karena itu Indonesia dengan bonus demografi memiliki potensi lebih banyak untuk membangun talenta muda di industri kita, tidak hanya untuk kebutuhan nasional tapi juga memenuhi kebutuhan dunia”, ujar Yukki.

Keberlanjutan dan pengoperasian logistik yang ramah lingkungan atau “logistik hijau” menjadi agenda penting pelaku logistik di dunia dan ditampakkan dengan tema kongres FIATA kali ini “climate change of logistics”, dan hal ini telah menjadi suatu keharusan dalam semua aspek kehidupan termasuk industri logistik di Indonesia.

Yukki menambahkan, pelaku logistik perlu melakukan strategi dan adaptasi yang lebih baik, tidak hanya demi kelestarian bumi namun juga kelestarian bisnisnya.

 

NLE bikin Dwelling Time Susut

 

Implementasi National Logistik Ekosistem (NLE) telah membuat layanan logistik di pelabuhan dan bandar udara (bandara), kini semakin efisien.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mencatat, dwelling time per Agustus 2023 di pelabuhan rata-rata kini hanya 2,52 hari, atau lebih cepat dari target pemerintah sebesar 2,9 hari.

Berdasarkan data dashboard dwelling time INSW, adapun rerata dwelling time pada Agustus 2023 di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta 2,48 hari, Pelabuhan Belawan Sumut 2,63 hari, Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya 2,72 hari, serta Pelabuhan Makassar 2,20 hari.

Dwelling time merupakan periode waktu yang dihitung mulai pembongkaran dan pengangkatan peti kemas (kontainer) dari kapal hingga peti kemas tersebut meninggalkan terminal pelabuhan melalui pintu utama.

“Capaian ini melampaui target kita yang sebesar 2,9 hari dan hanya sedikit di bawah Singapura untuk kawasan Asia,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso dalam acara Peningkatan Kinerja Logistik melalui Utilisasi Layanan National Logistic Ecosystem (NLE), di Jakarta, pada Selasa (10/10/2023).

Selain waktu bongkar muat yang semakin singkat, Susiwijono juga mengklaim bahwa biaya logistik nasional telah mencapai di bawah 15% dari produk domestik bruto (PDB), yakni hanya sebesar 14,29% pada 2022. Perhitungan biaya ini dilakukan antara Kemenko Perekonomian dengan Bappenas dan badan pusat statistik/BPS.

Susiwijono optimistis, hingga 2045 biaya logistik di Indonesia akan semakin turun ke depan hingga mencapai tersisa 8% dari PDB.

 

Performance JICT, Produktivitas Tumbuh

 

Terminal peti kemas tersibuk di Indonesia, Jakarta International Container Terminal (JICT), hingga September 2023 telah menangani peti kemas ekspor impor sebanyak 1.552.751 twenty foot equivalent units (TEUs) atau setara 1.001.873 bok.

Adapun jumlah kapal yang dilayani melalui terminal peti kemas itu pada periode tersebut mencapai 1.006 unit.

Berdasarkan data JICT yang diperoleh Logistiknews.id, produktivitas bongkar muat peti kemas (throughput) JICT selama sembilan bulan pertama (Januari-September) 2023 itu naik sekitar 4% dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama 2022 yang tercatat 1.484.324 TEUs (973.076 bok).

Adapun jumlah kunjungan kapalnya mengalami penurunan tipis ketimbang realisasi periode yang sama tahun lalu 1.073 unit.

Arus peti kemas selama Januari-September 2023 di JICT itu berasal dari peti kemas ekspor 710.680 TEUs (450.748 bok) dan impor 842.071 TEUs (551.125 bok).

Sedangkan pada periode yang sama tahun 2022, peti kemas ekspor JICT sebanyak 657.192 TEUs (424.471 bok) dan impornya 827.126 TEUS (548.602 bok